Selasa, 2 Agustus 2011, aku akan mengenang hari ini sebagai hari yang paling mengharukan dalam hidupku, hari dimana aku melihat kekuatan cinta dan penyertaan Tuhan yang sungguh luar biasa. Tepat pada hari itu kakek dan nenekku seharusnya mengadakan perayaan meriah untuk pernikahan mereka yang genap lima puluh tahun. Seharusnya ada kemeriahan dalam tawa di rumah, tempat dimana semua anak dan cucu mereka berkumpul, mengucap syukur dan merayakan cinta mereka yang abadi.
Namun, semua berubah lima belas hari sebelum tanggal 2 Agustus kakek tertidur dan tidak bangun lagi. Selama seminggu kakek berjuang di ICU, keadaannya tidak stabil karena ada pembuluh darah yang pecah sehingga cairan tertumpuk di otak. Pada saat yang sama kesehatan nenek yang sudah memburuk menjadi semakin kacau. Aku bisa membayangkan bagaimana beratnya melihat sesorang yang sangat kita cintai tidak sadarkan diri, pasti itu yang membuat terpuruk.
Hari itupun tiba, beberapa orang mulai mengatur acara doa bersama yang akan diadakan di rumah sakit karena kakek belum juga membuka matanya. Pihak rumah sakit turut membantu dengan menydiakan kue dan kursi roda untuk menjemput nenek saat turun dari mobil.
Aku hanya terdiam mengamati semua yang terjadi, menatap nenekku yang menggenggam tangan kakek tanpa mengucapkan sepatah katapun sambil menangis. Tak seorang pun mampu menahan air mata ketika doa bersama dimulai, termasuk pendeta yang memimpin ibadah singkat itu. Selama satu jam tangan nenekku masih terus menggenggam tangan kakekku yang tidak sadarkan diri.
Aku masih terdiam tanpa berkata, tanpa bergerak sedikitpun. Mataku panas, hatiku bergetar. Aku belum pernah melihat cinta yang begitu kuat, tanpa kata, tetapi sungguh terasa. Lima puluh tahun sudah mereka menjalani hidup pernikahan yang bahagia. Sangat bahagia!
Sungguh luar biasa, aku selalu melihat mereka bahagia meskipun menghadapi masalah, mereka juga yang membuatku percaya bahwa cinta itu memang ada, cinta itu memang nyata. Mampu menyatukan dua orang yang sungguh berbeda, kakekku yang sungguh keras dengan karakternya yang tegas dan tidak mudah mengungkapkan rasa sayang, sementara nenekku yang lemah lembut dan penuh kehangatan. Cinta mereka tetap tumbuh bahkan ketika mereka mengalami masa sulit di awal pernikahan, sampai memiliki hidup yang layak, anak – anak yang luar biasa dan cucu – cucu yang menyayangi mereka.
Suasana yang sungguh mengharukan itu akhirnya selesai perlahan, satu per satu sanak saudara keluar dari ruang rawat kakek sambil berlinang air mata. Berpelukan satu sama lain dan menguatkan kakek – nenek. Sampai akhirnya nenek sudah terlalu lelah dan harus pulang, kami semua menangis ketika sepasang anak manusia yang mempunyai cinta sejati itu menggenggam tangan dan berpamitan. Aku tahu kakek pasti mendengar, meskipun tak mampu membuka mata. Sebagian besar dari kami pulang dan beberapa orang masih tinggal di rumah sakit untuk menjaga kakek. Hatiku masih bergetar ketika aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju mobil. Aku tahu persis kakek tidak pernah berkata, “Aku sayang padamu,” pada nenek, tetapi semua yang dilakukannya sudah melebihi ungkapan sayang yang dirasakannya. Aku benar - benar tak bisa menahan air mataku yang terus mengalir.
Aku sangat syukur dapat melihat kekuatan cinta mereka dan sempat diasuh oleh mereka. Mereka yang membuatku merasa dicintai, tidak merasa sendirian, dan percaya akan sebuah kebahagiaan dan cinta bisa hadir dalam hidupku. Terimakasih sudah membuatku berani mencoba mencintai seseorang dalam hidupku dan berani berharap suatu hari aku akan bahagia seperti mereka. Terimkasih sudah membuatku belajar, sesuatu yang buruk mungkin menimpa hidupku, tetapi itu bukan alasan untuk merasa tidak dicintai dan takut akan masa depan. Karena cinta itu memang ada, cinta itu memang nyata.