Obyek Wisata Rawa Permai - Rawa Pening |
Sudah pernah dengar tentang legenda terjadinya Rawa Pening? Itu loh, rawa yang letaknya tidak jauh dari Salatiga, kalau tidak salah, sish, sudah masuk wilayah Ambarawa. Beberapa saat yang lalu saya sempat berkunjung ke objek wisata Rawa Permai, sekitar 20 menit dari Salatiga. Sebenarnya, objek wisata ini relatif sederhana, hanya berupa kolam renang simpel di tengah area kebun tertata. Namun, ada seuatu yang menarik di sana yaitu GOA LEGENDA BARUKLINTING.
Goa Legenda Baruklinting merupakan sebuah gua buatan yang di dalamnya terdapat berbagai macam patung dan relief tentang legenda terjadinya Rawa Pening. Pintu masuk gua berupa kepala ular naga yang merupakan bagian dari tokoh dalam legenda rakyat itu, begitu masuk kita akan disambut oleh sebuah pintu terbuka yang mengantarkan kita ke dunia legenda Rawa Pening, di kanan kiri dinding gua nampak relief cerita rakyat itu dengan patung – patung tokoh utama cerita Jawa itu. Hal yang lebih menarik lagi, ada seorang kakek yang menjadi penjaga gua itu. Kakek itu akan berperan sebagai tour guide yang menuntun pengunjung masuk ke dalam gua sambil menceritakan legenda Rawa Pening yang dikenal juga sebaga Legenda Baruklinting. Kakek itu akan bercerita dengan bahasa yang disesuaikan dengan pengunjung, juga memberikan pesan atau nasehat yang sesuai dengan pengunjung. Misalnya kalau pengjung adalah rombongan anak – anak, kakek itu akan bercerita dengan gaya yang menarik anak - anak dan memberi pesan agar anak – anak tidak sombong, rajin belajar, dsb.
Hmm, tapi sudah tau tentang cerita lengkap Legenda Rawa Pening belum? Begini ceritanya.
Legenda Rawa Pening
Pada zaman dahulu kala di sebuah desa tinggalah seorang bangsawan (agak lupa raja atau bangsawan..hehe :p) bersama isterinya. Suatu hari ketika sang istri sedang hamil bangsawan tersebut memutuskan untuk bertapa di gunung, sebelum pergi dia berpesang pada sang istri untuk menamai anaknya baru klinting saat si anak lahir. Dan akhirnya dia pun pergi bertapa untuk waktu yang sangaaaaaaaaaaat lama di sebuah gunung.
Jauh di desa sang istri pun melahirkan, tetapi keajaiban terjadi, anak yang dilahirkannya tidak berwujud bayi manusia seperti pada umumnya tetapi berwujud ular naga yang dinamakannya Baruklinting. Sampai pada suatu hari Baruklinting menanyakkan keberadaan ayahnya, dan si ibu pun menjawab bahwa ayahnya adalah seorang bangsawan yang sekarang tengah bertapa di gunung. Baruklinting pun menuju tempat dimana ayahnya bertapa, namun sayang sang ayah tidak mau mengakui Baruklinting sebagai puteranya karena dia adalah seekor ular.
Baruklnting terus memohon agar sang ayah mengakuinya, sampai akhirnya sang ayah bersedia mengakui dia sebagai anaknya jika di dapat memenuhi syarat yang diajukan, mengitari gunung tersebut dengan tubuhnya. Baruklinting berusaha sekuat tenaga memanjangkan tubuhnya agar dapat mengitari gunung itu, ketika sudah habis panjang tubuhnya itu dia sadar bahwa kurang beberapa jengkal lagi baru di dapat mengitari gunung itu dengan sempurna. Di saat itu Baruklinting mendapat ide untuk menjulurkan lidahnya untuk menyentuh ujung ekornya. Sang pertapa yang melihat kejadian itu sangat marag karena merasa ditipu, segera saja dia memotong lidah Baruklinting dan meninggalkannya tergeletak selama bertahun – tahun sampai lumut dan tumbuh – tumbuhan menutupi tubuhnya.
Penduduk yang berburu |
Anak - anak desa yang sedang bermain |
suasana di dalam gua dengan dinding yang melukiskan legenda |
Baruklinting yang tubuhnya telah diambil dan dimasak oleh penduduk desa menjelmakan rohnya dalam rupa anak kecil yang begitu jelek, seluruh tubuhnya dipenuhi luka yang berbau. Baruklinting lalu menuju desa dan meminta makan pada penduduk sekitar, tetapi tidak seorang pun member dia nasi untuk makan. Ketika itu dia menemukan sebuah rumah reot seorang janda, Mbok Randa, masuklah ia dan meminta makan. Mbok Randa memberikan dia sepiring nasi terakhir di rumah itu.
Baruklinting dan Mbok Randa |
lesung Mbok Randa |
Setelah makan Baruklinting berkata bahwa akan ada banjir besar menimpa desa itu. Banjir yang tidak terbendung akan menenggelamkan desa, tetapi Mbok Randa akan selamat. Jika banjir datang Mbok Randa harus menaiki lesung yang digunakannya untuk menumbuk beras yang dimasaknya dan menggunakan centong yang digunakannya untuk mengambilkan nasi Baruklinting.
Baruklinting lalu pergi dari rumah Mbok Randa dan menemui anak – anak yang sedang bermain di tanah lapang. Baruklinting dengan tiba – tiba menancapkan lidi di tengah lapang itu dan dan menantang anak – anak untuk mencabutnya. Tapi, anehnya tak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya termasuk seluruh orang di desa. Baruklinting tertawa sambil mengejek semua orang lalu mencabut lidi itu dengan satu tangan. Tiba - tiba air keluar dari tempat lidi dicabut, air it uterus mengalir hingga menggenangi seluruh desa. Seluruh desa tenggelam. Hanya Mbok Randa saja yang selamat. Dalam sekejap desa itu telah menjadi rawa yang hening, tanpa penghuni. Orang – orang lalu menamainya Rawa Pening.
Kata penduduk sekitar di saat – saat tertentu muncul bayangan nenek tua yang mengendarai lesung di tengah rawa atau terdengar tangisan anak laki – laki. Mereka percaya itu adalah Mbok Randa dan Baruklinting yang sedih karena tidak diakui ayahnya. Hehe :p isi sih, cuma katanya loh… : ))
saya numpang foto..hehe |
No comments:
Post a Comment