turn the music on ! : )

Saturday, March 19, 2011

Thanks F.R.I.E.N.D.S

enjoying "jagung bakar" after swimming


going to swimming pool (by mini bus)

It’s like my life going to the dog. I had a crazy week, where I got to many things to do; assignments, test, papers, presentations, writing a lot of letters for a sport event, and attending three meetings in a week. They made wake up earlier (4 a.m) and go to bed late at night, go to campus early in the morning and go home at least at 8 a.m. I felt like I’m going to die, had no time even just to take a breath. Not mention that I made very stupid mistakes in that mistakes; I meant to send an SMS to my mom, but I sent it to one of my friends in committee I joined (guessed he though I really meant to do this), I made some wrong letters, there’s a boy who always watched over me (some of my friends told me that he loved me, but I thought he was so annoying) and so on and so on. Fortunately my lover was always beside me, except when he was jealous to my friend in the committee. I didn’t know why, I just felt like he was so far away from my heart even when he had tried to beg my love. I wanted to disappear.
I just thought I need to hang out, had a dinner or ice cream with my friend. I told me friends, who live with me at the boarding house (Cantik and Anel) , they just smiled while saying I had been too tired, and then we had a dinner in a café. We just ordered the menu and I did a stupid thing (again), I meant to order a glass of sweetened mint tea to Cantik, but I wrote lemon tea (hahaha, stupid). However, everything went so well, we had fun, but I still felt like I have a broken heart. On the next day, I asked another friend (Jessica), to have a dinner in another café. I loved this dinner, I had a chicken cordon bleu and iced lemon tea, they made me better. I loved the moment when Jessica and I were talking about many things, friends, assignments, and test. On Friday, I wish to have a free time to take rest, but I got a text that told me to go for working, teaching my students. Thanks God, I was not alone. I went home, after teaching, with Dwi, she was so nice that evening. We walked home together and talk about many things; love, faith, and family. I guessed she was so funny when she talked about those things very seriously (hahaha), but I love it, whether she realized or not, she just made me feel much better and loved.
I began to feel safe, but it’s all ruined this morning. I had to attend the last meeting of the sport event which committee I joined. I didn’t know exactly, but I felt like something different there. It ruined my feeling that had just recovered. I went home, locked myself in my room, turned the music loud, sang some songs loudly, hoped it would me better. I didn’t work at all. And then suddenly came into my room and asked me to go swimming (with Anel too), so we went swimming on that hot day, didn’t care about the sun would burn our skin or anything (hehe). We had such a good time, went swimming, sang together (some people might think we were crazy, LOL :p), and had dinner together.
We ended the day with a shopping window, went to a bag shop and looked at every single bag there without buying anyone. I purposefully (hehe :p) asked the shop keeper whether there was such kind of purple bag which had a ribbon and teddy bear on it (LOL, I knew, they didn’t have it). When she said “no”, we went out the shop. Hahahahahaha…
I love this day, though I felt loose. I had good friends who are always beside me. They talked about good things, and gave me good suggestions every times I trapped in problems. That’s what friends are for. :D
berenang atau berendam? LOL :p
ketauan ni, jarang makan enak :p

Forever give their hands
Ruin our moment sometimes
I love them
End the sadness
Night or day we could call 'em
Day will be bright with them
Sing the same song with us
yummy chicken cordon bleu...hmmm
Dwi, "Halo mama, anakmu lapar." hehe :p
 

Wednesday, March 16, 2011

Tetap Milikmu


Aku hanya ingin kamu tetap di sini
Diam tenang tak beranjak dari hati
Terlalu banyak semua yang telah terlewati
Begitu indah setiap cinta yang kau beri

Aku selalu memuja hadir dirimu
Rautmu terlukis indah dalam hatiku
Hanya hati kelu resah tak bisa berkata
Mungkin dia terlalu indah saat datang

Genggam erat hatiku, patahkan sayap rasa ini
Aku hanya ingin cinta ini untukmu
Seperti awal kau hadir dalam langkah hidupku
Tanpa berkata aku ingin menahan hadirmu di sini
Hilangkan bayang lain yang datang menarikku
Karena aku tahu aku memang ada hanya untukmu

*de
nb: dedicated to my friend, c'mon girl...never break him :)

*Should I

Should I compare you
to the summer breeze
or to the sun raise in the east
just to find a perfect way
to say I love you
.
Should I call you home, mo lova
there’s no home just fly away
hafta be alone on a way
without ‘em or you…ya…
the oak tree

Tuesday, March 15, 2011

EDO 2011, Tiga Hari yang Luar Biasa


 
Bekerja sama dalam sebuah kepanitiaan agaknya telah menjadi hal yang sangat biasa bagiku dan teman – temanku. Hal yang lumrah jika kami berada di kampus mulai dai jam 6.30 pagi sampai jam 08 malam. Sebagian kegiatan itu berlalu begitu saja dari ingatanku. Berjalan begitu saja dan berlalu tanpa jejak, baik untuk acara yang berjalan luar biasa bagus, biasa – biasa saja, sampai hancur lebur. Jika ditanya bagaimana perasaan dan kondisiku saat itu atau kerja panitia itu jawabanku cuma empat huruf, satu kata, yang ditambah ekspresi nyengir, LUPA.
Sampai saat sekitar tiga bulan lalu aku menerima tawaran untuk interview panitia sebuah event pertandingan olahraga antar angkatan di fakultasku English Department Olympic (EDO). Santai saja dengan sedikit sok cuek aku mau saja mendaftarkan diri sebagai sekretaris. Seperti biasa aku membagi tugas dengan partner kerjaku, Arum, dia membuat proposal sementara aku surat dan LPJ (yang bikin nyesek!).
Sampai dua minggu sebelum acara semua berjalan biasa saja. Aku menikmati setiap rapat yang penuh dengan orang – orang luar biasa, mereka yang lucu, kreatif, atraktif, sportif, dan aktif (maksa banget ni kalimat! Maaf, ga ada kata lucu yang berima -if :p). Sejujurnya aku mengagumi orang – orang di sekitarku. Mereka luar biasa!
Sampai akhirnya seminggu sebelum acara aku mulai terjebak dalam hari – hari tidur larut malam dan bangun pagi buta setelah seharian ada di kampus (lebay). Mengurusi surat ijin dan permohonan peminjaman ternyata tidak sesederhana yang aku bayangkan. Silakan Anda bayangkan bagaimana rasanya menulis surat ijin untuk ratusan orang (mungkin, sih!) tanpa ada tanda tangan yang difotokopi dan semua harus  lembar asli untuk menghindari kecurangan (pasti pernah ada yang curang ngganti  atau nambahin nama, awas lo ya..bikin aku repot =.=” ). Belum lagi pekerjaan yang tertunda berhari – hari karena keterlambatan data peserta yang masuk dengan alasan A – Z. Sebenarnya sudah ada aturan bagi angkatan manapun yang terlambat mengumpulkan data surat ijin tidak akan dibuat, jadi silakan bolos kuliah semoga tidak dapat nilai E. Malang nasibku, aku tidak tega melaksanakan aturan yang aku buat sendiri. Akhirnya aku begadang membuat surat berlembar – lembar dan minta tanda tangan sana sini (dengan strategi muka memelas dan sedikit maksa!) , sampai harus ke rumah Koordinator Bidang Kemahasiswaan fakultasku (untung mau! Terimakasih Bu Neny : ) ). Lebih naasnya lagi yang mengumpulkan data dengan daftar yang rapi dan tepat waktu hanya dua angkatan (makasih, ya, kakak – kakakku yang tertib dan pengertian), yang lainnya? Oh, mantab! Ada yang mengumpulkan data sehari sebelum pertandingan, parahnya data itu tidak berupa daftar, tetapi setumpuk jadwal kuliah! Ada yang mengumpulkan data via email di jam tidurku , memang sudah berupa daftar, tetapi belum lengkap, dan yang paling parah ada yang mengumpulkan setumpuk jadwal yang tidak lengkap ke kost-ku jam Sembilan malam (aku hargai perjuanganmu, tapi ini bikin pusing) dan sebagian malah dikumpulkan saat pertandingan berlangsung jadi suranya telat T.T.
Gara – gara surat itu aku juga jadi merasakan gedung kuliahku yang horror di malam hari. Bayangkan saja, aku dan Arum hanya tinggal berdua di gedung berlantai lima yang sudah gelap dan terkunci (untung mas penjaga ngasih kunci untuk keluar!). Malam itu kami menyelesaikan puluhan lembar surat ijin yang akan dipakai keesokan harinya di ruang Lembaga Kemahasiswaan setelah itu di tengah gerimis yang deras (hehe, gerimis, kok, deras?) kami minta tanda tangan ketua panitia yang kebetulan sedang ada acara farewell party di sebuah tempat makan (untung Pak Ketua ini baik dan pengertian, kalau ga udah kami hajar. Bisa – bisanya malah makan – makan, hehe) dan langsung menuju rumah Korbidkem yang kami tidak tahu tempatnya, tanya – tanya dulu, deh!
Kalau diceritakan dengan detail pasti cerita ini panjang sekali. Singkatnya kepusingan itu berlangsung selama satu minggu (lebih – lebih dikit) dengan tiga hari puncak ke-stressan!
Namun, dibalik itu semua aku menikmatinya. Ketika melihat EO yang bekerja keras mengatur jadwal dan menghadapi hujan yang menunda pertandingan aku merasa begitu bangga. Mugnkin aku capek, tetapi rasanya mereka lebih luar biasa. Aku pernah jadi EO suatu event, aku tahu stress-nya, tetapi mereka bisa menghadapi dengan senyuman (sampai senum terus karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi :p). Panitia lain juga luar biasa, mereka yang ikut bertanding membela angkatan di sela – sela tugas (sampai repot kalau medicare bertanding, yang sakit gimana ?). Luar biasa! Mereka tetap bisa melaksanakan tugas, walaupun lelah (terharu..hiks..hiks..hiks..)
Dan pada akhirnya saat acara penutupan aku menatap wajah – wajah yang masih bersemangat (apa lagi yang menang!) berteriak – teriak. Wajah – wajah lelah dengan kostum sepakbola penuh lumpur yang mengharukan (bener, loh, ada yang nangis!) dan wajah – wajah sportif yang menyalami pemenang. Semua hiruk – pikuk itu berakhir, tinggal kami panitia membenahi barang – barang yang ternyata sangat banyak. Lelah memang, tetapi aku masih bisa tertawa di tengah orang – orang yang penuh canda (teman – teman yang bercanda pake terong, papaya, dan bola pertandingan), lebih – lebih karena ada es krim gratis sisa jualan usaha dana (enak banget!!!).
Aku berjalan pulang di tengah angin malam. Merenungi semua yang aku alami selama tiga hari ini. Trotoar yang kuinjak begitu sepi, kendaraan lengang, tapi aku serasa masih mendengar suara teman – temanku yang luar biasa. Kalau bisa berkata aku ingin berkata, “Kalian luar biasa! Aku belajar banyak hal dari kalian semua, terima kasih sudah ijinkan aku bergabung. Love you all!” 

Monday, March 14, 2011

"Ssssttttt... Aku Terharu!"

Kalau boleh jujur aku ini orang yang tidak pernah tertarik dengan yang namanya pertandingan olahraga, apapun olahraganya atau siapapun pemainnya. Bukan tidak suka, hanya tidak bisa menikmati. Aku selalu bertanya – tanya, bagaimana orang bisa begitu betah nonton sambil teriak – teriak. Mungkin karena aku tidak pernah paham tentang pertandingan – pertandingan itu dan aturan – aturannya.
Sampai suatu hari aku terpaksa menonton semua pertandingan itu karena menjadi panitia sebuah acara olahraga selama tiga hari berturut – turut. Pada awalnya aku hanya memfokuskan diri kepada tugasku sebagai pengetik surat tanpa henti, sekretaris. Ketika datang jeda aku pun mulai mengarahkan pandanganku pada sesuatu yang berlangsung di lapangan, ya, pertandingan! Sepuluh menit pertama lewat begitu saja, sepuluh menit selanjutnya aku mulai menikmati, dan beberapa menit kemudian pertandingan berakhir saat aku mulai menikmati.
Aku mulai bisa merasakan semangat dalam setiap lemaparan bola yang mengarah ke ring atau setiap saat pemain berusaha mempertahankan sebuah bolah putih untuk tetap melayang di udara. Semangat itu terasa diantara teriakan teman – teman yang luar biasa member dukungan. Aku pun mulai iseng menerima tawaran untuk menjadi pencatat skor dan pelanggaran di tepi lapangan hijau dimana dua tim kesebelasan berjuang menendang bola menciptakan gol. Satu pertandingan semi final aku menikmatinya, serasa nonton film sambil makan kerepikik kentang.
Berlanjut ke pertandingan final yang sangat seru. Aku melihat semangat yang berbeda di sana, ada satu warna yang berbeda ketika seorang adik tingkat di sebelahku berkata,
“Mereka berjuang untuk salah satu teman kita yang baru saja patah kaki. Lihat itu, kaosnya dipakai!”
Aku merasakan sebuah perjuangan mengharukan diantara tawa dan dukungan orang – orang di sekitarku. Aku belajar bagaimana mereka mendukung salah seorang teman mereka yang terbilang tidak sehebat teman – temannya, aku belajar bagaimana mereka yang telah lelah bisa menikmati waktu, aku belajar bagaimana bekerja sama dan menghargai teman dari lapangan yang becek dan berlumpur.
Sampai detik terakhir kedudukan masih seimbang, 0 – 0. Aku merasa gugup ketika adu penalty dilaksanakan. Ketika melihat tim berbaju merah itu berangkulan menatap teman mereka yang menentukan nasib, aku belajar bagaimana cara untuk mempercayakan sesuatu terhadap orang lain.  Aku begitu merasakan bagaimana rasanya gagal mempertahankan gawang atau memasukkan bola, aku pernah merasakannya di lapangananku sendiri. Aku tahu bagaimana tulusnya ketika teman kita berkata, “Sudahlah, jangan minta maaf!” Aku merasakan kehangatan kata – kata itu. Bagiku mereka yang ada di lapangan itu adalah juara yang luar biasa.
Sesaat aku tenggelam dalam pikiranku dan tersadar ketika seorang adik tingkat di sebelah berkata,
 “Ka, kenapa?”
Aku malu, tertawa sambil menahan mata yang berkaca – kaca, “Ssstt..aku terharu! Hahaha”
Aku merasa seperti menonton Fireproof Marriage sambil makan es krim. : )

Saturday, March 12, 2011

Pesan dari Sang Pencipta


Ketika Aku menciptakan surga dan bumi, Aku berfirman dan semuanya jadi.

Ketika aku menciptakan pria, aku membentuknya dengan teliti dan menghembuskan nafas kehidupan padanya. Tetapi ketika Aku membentuk wanita, Aku menghiasinya setelah Aku menghembuskan nafas hidup pada pria karena wanita, dia, begitu lembut.

Aku membuat pria tidur agar Aku dapat membentuk wanita dengan indah dan sempurna. Aku membentuknya dari satu tulang pilihan. Aku mengambil tulang rususk pria, yang menjadi perlindungannya. Aku mengambil tulang yg menjaga hati, paru – paru, dan jantung pria untuk membentuk wanita. Aku membentuknya dengan sempurna dan cantik.
Sifat dasarnya seperti ulang rusuk, kuat teapi lembut dan mudah patah. Dia menyediakan perlindungan bagi organ – organ lembut pria. Tulang rusuk akan membiarkan dirinya hancur untuk melindungi hati, paru – paru, dan jantung.

Wanita tidak diambil dari kepala untuk menjadi tuan pria, tidak juga dari kaki untuk dijadikan hamba. Ia diambil dari tulang rusuk untuk berdiri di sisi pria, untuk senantiasa dirangkul, bukan ditinggalkan. Dia, wanita, adalah gadis kecil-Ku yang cantik, bidadari-Ku yang sempurna. Aku akan puas melihat hatinya yang lembut bertumbuh menjadi wanita dewasa.

Matanya memancarkan ketulusan. Bibirnya begitu indah saat berdoa. Wajahnya terbentuk sempurna. Aku memberikan banyak perhatian untuk membentuk wajahnya ketika ia tertidur. Aku membuat hatinya dekat dengan-Ku. Dari segala yang bernafas, dia banyak menyerupai Aku.

Adam berjalan bersama-Ku pada hari – hari dingin dan sendirian. Ia tidak dapat melihat atau menyentuh-Ku, hanya dapat mersakan kehadiran-Ku. Segala hal yang ingin Aku bagikan pada Adam Kubentuk dalam diri wanita. Kesucian-Ku, Kekuatan-Ku, Kasih-Ku, perlindungan-Ku, dan dukungan-Ku. Wanita sangat istimewa, tangan-Nya adalah tangan-Ku.
Pria mewakili gambar-Ku, wanita mewakili perasaan-Ku. Mereka berdua adalah bentukan-Ku yang sempurna. Jadi,,,,

Pria – perlakukanlah wanita dengan baik. Kasihi dan hormati dia, karena dia begitu lembut. Menyakitnya berarti menyakiti-Ku. Apapun yang kau lakukan padanya, itulah yang kau lakukan pada-Ku. Jika kau menghancurkannya, kau hanya menghancurkan hatimu dan menghancurkan Bapa di surga.

Wanita – dukunglah pria. Dalam kesederhanaan tunjukkan padanya kekuatan perasaan yang Kuberikan pada hatimu. Dalam kesepian, tunjukkan padanya kekuatanmu. Dalam kasih tunjukkan bahwa engkau sungguh – sungguh tulang rusuk perlindungannya.

nb: aku cuma pengen share ini j...
aku baca ne dari Buku Renungan beberapa hari lalu ^^
God makes love so beautiful dan strong!!!
just love each others...
Gbu...


*terinspirasi dari 100 Renungan Terpopuler
de

*Why am I Different From the Others?

“Why am I different than the others?”
“Why do you have to be like others?”

Kira – kira itu dialog iklan shampoo Pantene yang sudah berkali – kali aku putar. Kira kira itu juga yang sering aku rasakan. Kadang aku juga berpikir, “Why am I different than the others?”. Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang teman – temanku lakukan. Kenapa aku tidak bisa menyanyikan sebuah lagu yang indah atau menari untuk orang – orang. Kenapa aku tidak bisa berada di sana. Diam. Lalu termenung, “Ini bukan tempatku.”

Satu hal yang aku pikirkan adalah Tuhan tidak pernah menciptakanku dengan percuma. Tuhan tidak pernah menciptakanku sebodoh itu. Tuhan tidak menciptakanku tanpa memberiku ruang dimana aku bisa berbuat sesuatu. Aku berpikir, mungkin terkadang aku harus berada di tempat yang bukan milikku, dimana aku harus berusaha sekuat tenaga untuk sekedar berada di situ, dimana sekuat apapun usahaku aku tetap tidak layak ada di situ. Aku tahu, Dia ingin agar aku melihat betapa luar biasanya orang – orang yang ada di sekililingku. Dia ingin mengajarku untuk benar – benar bisa memperlakukan orang lain sebaik mungkin ketika mereka ada di tempat yang sangat sulit.

Aku kembali berpikir dimana tempatku. Pulang. Mengunci diri di kamar. Sendiri, aku mulai menari dan menyanyi. Iya, di sini tempatku! Aku menarikan jari – jariku di atas kertas, membentuk sketsa wajah orang – orang yang sangat aku cintai. Aku menyanyikan lagu – lagu indah dalam tulisan yang dibaca banyak orang. Aku merasa jauh lebih baik. Aku merasa hidup. Ini panggung pertunjukan dimana aku menjadi bintang, panggung dimana orang – orang mau mendengar lagu yang kunyanyikan dalam untaian kata. Panggung pertunjukan dimana laguku tertulis dengan indah dan dibaca bukan hanya oleh orang – orang di sekililingku, tetapi jutaan orang di luar sana. Panggung dimana tarianku bisa menghibur setiap mata yang memandangnya.

Seberapa Berat Hidupmu?

AKu teringat perjalanan pulang dari Salatiga ke Purbalingga yang paling melelahkan itu. Waktu itu hari Kamis, entah tanggal berapa, dimana aku harus kuliah sampai pukul 17.00 ketika aku begitu ingin pulang karena sudah sekitar tiga bulan aku tidak pulang. Aku belum pernah pulang di hari yang selarut itu. Pada jam - jam itu tidak ada bus eksekutif dan tidak terlalu menyenangkan jika harus menumpang bus ekonomi yang sama sekali tidak nyaman. Namun aku tetap pulang. Seusai kelas terakhir hari itu aku segera naik bus menuju terminal Bawen. Aku terpaksa berdiri sepanjang jalan karena bus begitu penuh, maklum saja esoknya adalah akhir minggu yang panjang.Sampai sekitar setengah tujuh aku masih berdri di tepi jalan depan terminal menunggu bus ke arah Purbalingga. Setiap bus yang lewat selalu penuh, sopir - sopir itu menjejali busnya sampai kelebihan muatan, jangankan duduk, berdiri pun sangar sulit.

Hari semakin larut sehingga aku memutuskan menumpangi bus reot yang kelebihan muatan itu. Aku begitu lelah, tubuhku terhimpit oleh penumpang - penumpang lain, tak ada tempat untuk sekedar bersandar atau bahkan berpegangan. Aku hanya dapat merasakan udara kotor yang bau, pengap dan membuatku bersin berkali - kali. Bus melaju sangat pelan, antara sadar dan tidak aku telah berdiri lebih dari tiga jam. Udara dingin menusuk saat bus ini mulai memasuki daerah Wonosobo. Jalan berliku membuat laju bus semakin pelan. Seolah kehilangan kesadaran, aku tersentak saat bus mendadak berhenti di tepi kebun teh yang sangat sunyi. Pukul 22.00, aku menatap jam tanganku. Kebanyakan penumpang turun karena bus itu macet. Aku memutuskan untuk duduk di sebuah kursi butut yang kosong, merasakan udara yang begitu dingin sambil memainkan ponselku. Satu jam berlalu. Dua jam sudah lewat, bus belum juga melaju, beberapa pria mulai nekat menumpang truk - truk yang lewat.

Akhirnya semua penumpang turun dan naik bus selanjutnya yang keadaannya lebih parah. Beruntung aku mendapat tempat duduk. Aku duduk di bagian paling belakang pojok bus itu, menatap kaca jendela yang sudah pecah membiarkan angin malam yang menusuk tulang masuk begitu saja. Rasanya sudah hampir tertidur ketika aku menerima telepon dari mama yang begitu khawatir. Syukurlah aku akan dijemput di Banjarnegara oleh mama papaku, sekitar satu setengah jam dari purbalingga. Ketika mengantongi ponsel, mataku menatap seorang ibu muda, mungkin hanya dua atau tiga tahun lebih tua dariku yang waktu itu baru sembilan belas tahun, mengendong anaknya yang belum genap setahun.

"Mengerikan," pikirku, "Ada bayi di tempat seperti ini? Kenapa ibu itu tidak cari kendaraan yang lebih layak?"

Kami mengobrol setelah aku meminjamkan jaketku untuk menyelimuti bayi perempuan ibu itu. Rasanya aku ingin marah menatap seorang pemuda gagah di sebelah kanan ibu itu tertidur dengan nyaman dalam jaketnya yang tebal, sepatu hampir selutut yang menghangatkan kakinya, topi yang melindungi kepalanya yang berambut cepak itu dari angin malam dan dia duduk dalam posisi yang sangat memakan tempat! Sementara perempuan yang di sebelahku sama sekali tidak memakai jaket, hanya pakai sandal jepit, duduk di posisi yang begitu sempit, dan lebih parah lagi menggendong bayi! Lebih kesal lagi, ketika mendengar sang perempuan bercerita dengan polos bahwa dia belum lama bisa duduk karena tadi semua kursi penuh, termasuk kursi pojok yang menjadi tempat tidur pemuda itu.

"Kalo ga mau kasih jaket itu,bisa, dong, memberikan tempat duduknya yang nyaman itu!" kataku dalam hati.

Mungkin ibu muda itu bisa membaca pikiranku, ketika tiba - tiba dia berkata dalam bahasa jawa yang artinya kurang lebih mengatakan mungkin pemuda di pojok itu terlalu lelah sehingga tidak memberikan tempat duduknya. Ibu itu juga bercerita dia terpaksa naik bus itu karena uangnya tidak cukup untuk membeli tiket bus eksekutif, "Aduh, mbak, kalau bisa naik bus AC pasti enak, tapi itu, sih, cuma buat orang - orang kaya."

Ya, Tuhan. Aku begitu tertegur, ada seorang yang bisa begitu memikirkan orang lain sementara dirinya juga susah. Bukan seperti aku yang langsung kesal melihat pemuda di pojok itu. Aku hanya tersenyum, lalu mengobrol dengan ibu muda itu sepanjang jalan sampai aku turun dari bus.

Dalam mobil nyaman yang kini kunaiki aku sudah hampir tertidur. Aku berpikir, mungkin ibu itu berpikir mobil senyaman ini adalah barang yang luar biasa mewah. Tempat yang nyaman, bersih, tidak ada udara panas atau kotor bahkan pakai AC, aku hampir - hampir tidak mendengar hriuk pikuk jalanan ketika berada disini. Namun, belum pernah aku memikirkan semua hal yang bisa kunikmati ini. Baru aku mengerti hidupku sebetulnya begitu nyaman dibanding banyak orang di luar sana, tetapi kadang aku masih mengeluh dan merasa berat.

Bagaimana dengan hidupmu?

*de

*...ketika gadis itu bercerita...

Dua puluh tahun sudah aku menjalani hidup yang seperti ini. Hampir setiap saat selalu ada hal yang membuatku sedih dan menangis. Beban itu begitu menyesak di hatiku. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang seharusnya ku dapatkan dan menolak apa yang seharusnya ku tolak.

Sampai suatu hari Tuhan mengirimkan seorang malaikat untukku. Malaikat itu tampak begitu kuat. Tangannya menggenggam hatiku dan melindunginya dari apapun yang membuatnya terluka. Kehadirannya menumbuhkan senyuman yang biasanya hanya sekedar muncul sebagai pelengkap. Malaikat itu juga mau menjadi temanku saat aku berbicara menghadap Tuhan. Sampai suatu hari malaikatku harus berada jauh dariku...sangat jauh...benar – benar jauh sampai aku tak bisa menyentuhnya. Lama sekali aku tak bisa menyentuhnya atau bahkan melihatnya. Lalu dia datang lagi untukku..pergi lagi...datang lagi...pergi lagi.. Aku tahu ini akan terus berlanjut sampai saatnya tiba untuk dia tinggal di sisiku, saat itu akan datang setelah lebih dari seribu hari. Lebih dari seribu hari yang menjadi hari – hari terberat dalam jalan hidupku. Aku selalu berharap agar malaikatku tidak berada terlalu jauh dariku, tetapi Tuhan tetap memintaku sabar. Terkadang aku menangis, aku sedih. Aku merasa begitu berat, sampai terkadang aku lelah berharap.

Aku melalui hari yang begitu berat. Aku hanya berpikir, hal terberat yang aku jalani sepanjang umurku dapat diakhiri, tetapi aku juga tahu satu – satunya cara itu adalah sebuah pelanggaran. Bisakah aku memohon agar Tuhan mengijinkan pelanggaran itu terjadi untuk menyelamatkan banyak hati? Namun malaikatku berkata mungkin ada cara lain, biar Tuhan menyelesaikannya besok. Ya, mungkin saja Tuhan akan mengubahnya dengan cara yang tak teroikir olehku.

Hari itu begitu berat, sampai saat malam ketika aku menangis menahan sakit dan sedih sebuah pesan datang padaku, sebuah pesan yang dikirim temanku,

“Wanita cantik melukis kekuatan lewat masalahnya,
Tersenyum saat tertekan,
Tertawa saat harus menangis,
Memberkati saat terhina,
Mempesona karena mengampuni.
Wanita cantik mengasihi tanpa pamrih
Dan bertumbuh kuat
Dalam doa dan pengharapan”

Aku hanya tersenyum sambil berpikir, mungkin aku tidak secantik itu. Malaikatku berkata, “Kamu lebih dari sekedar cantik. Kamu cantik dan kuat.”

Hari itu terasa lebih menyesakkan dibanding hari sebelumnya, tetapi aku merasa begitu lelah untuk berharap dan meminta. Aku hanya diam tanpa meminta apapun dari Tuhan. Saat itu seseorang yang lain mengirimiku pesan,

“Ask, and it shall be given you;
Seek and you shall find;
Knock, and it shall be opened unto you.”

Aku tersenyum, mengingat banyak hal. Begitu banyak orang yang berkata itu dan ini padaku. Sejenak aku tahu, memang tak ada hal yang kebetulan. Mereka tidak pernah tahu apa yang aku tanggung dalam hidup, tetapi mengatakan setiap hal itu untukku tepat pada waktunya. Aku tahu, itu Tuhan yang berkata lewat orang – orang luar biasa di kehidupanku. Aku tahu sekarang Tuhan bisa tersenyum padaku karena tahu bahwa aku bisa menjalani hidupku. Aku memang menangis, tetapi bukab berarti aku lemah dan tak bisa tersenyum.Aku sedikit mengerti bahwa semua yang terjadi dalam hidupku dan kenapa aku dilahirkan memanglah buka kebetulan. Kadang – kadang aku bisa mendengar Tuhan berkata, “Aku tahu, kamu memang bayi kecil-Ku yang kini menjadi gadis cantik. Seperti nama yang Kuberikan padamu ANAK PEREMPUAN YANG CANTIK.”

a letter to the Rain

Dear rain…

Thanks for accompanying me every time I back to my boarding house…
Thanks for listening to the song I sing….
Thanks for letting me scream when I am so angry…
Thanks for saying, “You are beautiful” when I feel ugly….
Thanks for laughing with me when I’m so happy…
Thanks for letting no one know that I’m crying….
Thanks for cheering me up when the whole word say, “You’re so stupid!”
Thanks for asking me to wash my hair, when I’m lazy to…
Thanks for the applause when I’m dancing in my room…
Thanks for cutting the electricity when I’m so tired in doing my assignments….
Thanks for making me sleepy every time I cannot close my crying eyes….
Thank for calming me down when I'm so awful....
Thanks for keeping me cool when I feel there's a fire on my head...
Thanks for being my closest friend ever...

*de

Sepasang Kebahagiaan

Suatu saat ada seseorang yang datang padaku, “Apakah kamu ingin memiliki hidup yang bahagia?”
Tanpa ragu jelas aku menjawab pasti. Aku masih manusia normal yang punya mimpi hidup bahagia dan memutuskan untuk bahagia.
“Kalau kamu memang ingin hidup bahagia, aku akan menguji seberapa besar keinginanmu untuk jadi bahagia. Sekarang pikirkan satu orang yang paling kamu cintai, orang paling berharga dalam hidupmu.”
Hmm…aku berpikir, hanya satu orang saja? Tidak terlalu sulit. Sebuah nama telah muncul di pikiranku. Seseorang yang telah menjadi orang paling berharga dalam hidupku dalam empat tahun ini. Satu – satunya orang yang mengembalikan rasa kehilanganku selama belasan tahun akan suatu rasa.
“Sudah?”
“Ya…”
“Sekarang tentukan pilihan, ketika kamu diharuskan memilih antara seorang itu dengan kebahagiaan, mana yang kamu pilih?”
“Harus memilih?”
“Iya, boleh dipikir – pikir dulu.”
“Tak perlu. Aku sudah memilih seseorang itu.”
“Yakin? Seseorang itu sangat mungkin membuatmu marah, sedih, sakit, dan merasakan kepahitan. Mana mungkin kamu bisa bahagia?”
“Bahagia bukan hanya sekedar senang. Orang yang tidak kita kenal pun bisa melakukan itu semua. “Merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan bukan berarti tidak bahagia kan?”
“Kalau kamu memilih kebahagiaan dibanding orang itu, kamu akan bahagia selamanya.”
“Mustahil.”
“Kenapa?”
“Boleh aku buang salah satu sepatu yang kamu pakai?”
“Hmmm…???”
“Itulah yang akan terjadi jika aku tidak memilih seseorang itu. Aku hanya memiliki setenngah kebahagiaan dalam hatiku, sementara sisanya ada dalam tangannya.”
“Jadi siapa orang itu?”
“Siapa saja.”
"???"
"Tuhan itu cukup teliti untuk memberikan kebahagiaan di saat dan bersama orang yang tepat." ^^

*de

*should I have a title?

your faith...

the air we breath

the water we drink

purchase when you're dying

*so Far Away

Monday
waking up, taking my stuff, opening the door
wishing you were in front the window
wrapping your hand
saying, "c'mon baby, we've gotta go"
ya picking me up

Tuesday
rollin' up out of my bed, putting my jeans on
carrying my jacket, gonna be cold today
smiling to you
saying, "baby, I hate your suit
make the picture bad"

Wednesday
so am I on Thursday, back to my real life
waking up the cell phone ring I hear
you are so away
saying, "morning, baby I miss you so"
make me realize

you're so far away..far away...far away...
hate your suit, hate your stuff
but I know it's yours
ya hate the suit, hate the stuff
you know it's done

Friday
opening the window, singing a love song
imaginin' ya ring my phone soon
should wake me up today
saying, "morning, baby I love you so
don't ya miss me know

Saturday
trying not to open my eyes early, but can't
the texts saying I've got to go
being busy with my stuff
keeping my mind of you all day
don't ya miss me boy

Sunday
making my hair, taking my dress up yeah
smiling to the church praying for a while
thinking, "ain't God love me so or
just want me cry"

you're so far away..far away...far away...
hate your suit, hate your stuff
but I know it's yours
ya hate the suit, hate the stuff
you know it's done

The Girl and The Oak Tree

*the girl loves the oak tree
he makes her warm
she counts to three
wish he were in her arm

the oak there in field
belongs to the rain
here the girl to  yield
belongs to the man

the girl and the oak tree
the rain and the man
no..no..no...
the oak tree and the rain
the girl and the man

the oak rotten in the stone
the girl roots the stone
the girl looks at the star
the oak seeks the sun

the girl loves the oak tree once
the oak tree,"love me, ya?"
the girl,"yeah, can't see, lova?"
the oak loves the girl once

and the girl dies in the man arm
the oak cries in the rain, damn
*katakan
Engkau yang IJINKAN
atau setan yang MEMAKSA
ujian untuk MENGUATKAN
atau peringatan untuk MEMBALIKKAN

hmm...terlalu kuat
dorongannya tajam
lakunya mencekat
tatapannya menghantam

harus menyangakali
atau boleh mengakui
bisakah merasa senang
atau memendam gamang

menyanyikan lagu yang sama
tapi berdiri di dasar berbeda
merasa - rasa memang ada
tapi tak sepadan