Kalau boleh jujur aku ini orang yang tidak pernah tertarik dengan yang namanya pertandingan olahraga, apapun olahraganya atau siapapun pemainnya. Bukan tidak suka, hanya tidak bisa menikmati. Aku selalu bertanya – tanya, bagaimana orang bisa begitu betah nonton sambil teriak – teriak. Mungkin karena aku tidak pernah paham tentang pertandingan – pertandingan itu dan aturan – aturannya.
Sampai suatu hari aku terpaksa menonton semua pertandingan itu karena menjadi panitia sebuah acara olahraga selama tiga hari berturut – turut. Pada awalnya aku hanya memfokuskan diri kepada tugasku sebagai pengetik surat tanpa henti, sekretaris. Ketika datang jeda aku pun mulai mengarahkan pandanganku pada sesuatu yang berlangsung di lapangan, ya, pertandingan! Sepuluh menit pertama lewat begitu saja, sepuluh menit selanjutnya aku mulai menikmati, dan beberapa menit kemudian pertandingan berakhir saat aku mulai menikmati.
Aku mulai bisa merasakan semangat dalam setiap lemaparan bola yang mengarah ke ring atau setiap saat pemain berusaha mempertahankan sebuah bolah putih untuk tetap melayang di udara. Semangat itu terasa diantara teriakan teman – teman yang luar biasa member dukungan. Aku pun mulai iseng menerima tawaran untuk menjadi pencatat skor dan pelanggaran di tepi lapangan hijau dimana dua tim kesebelasan berjuang menendang bola menciptakan gol. Satu pertandingan semi final aku menikmatinya, serasa nonton film sambil makan kerepikik kentang.
Berlanjut ke pertandingan final yang sangat seru. Aku melihat semangat yang berbeda di sana, ada satu warna yang berbeda ketika seorang adik tingkat di sebelahku berkata,
“Mereka berjuang untuk salah satu teman kita yang baru saja patah kaki. Lihat itu, kaosnya dipakai!”
Aku merasakan sebuah perjuangan mengharukan diantara tawa dan dukungan orang – orang di sekitarku. Aku belajar bagaimana mereka mendukung salah seorang teman mereka yang terbilang tidak sehebat teman – temannya, aku belajar bagaimana mereka yang telah lelah bisa menikmati waktu, aku belajar bagaimana bekerja sama dan menghargai teman dari lapangan yang becek dan berlumpur.
Sampai detik terakhir kedudukan masih seimbang, 0 – 0. Aku merasa gugup ketika adu penalty dilaksanakan. Ketika melihat tim berbaju merah itu berangkulan menatap teman mereka yang menentukan nasib, aku belajar bagaimana cara untuk mempercayakan sesuatu terhadap orang lain. Aku begitu merasakan bagaimana rasanya gagal mempertahankan gawang atau memasukkan bola, aku pernah merasakannya di lapangananku sendiri. Aku tahu bagaimana tulusnya ketika teman kita berkata, “Sudahlah, jangan minta maaf!” Aku merasakan kehangatan kata – kata itu. Bagiku mereka yang ada di lapangan itu adalah juara yang luar biasa.
Sesaat aku tenggelam dalam pikiranku dan tersadar ketika seorang adik tingkat di sebelah berkata,
“Ka, kenapa?”
Aku malu, tertawa sambil menahan mata yang berkaca – kaca, “Ssstt..aku terharu! Hahaha”
Aku merasa seperti menonton Fireproof Marriage sambil makan es krim. : )
No comments:
Post a Comment