Pagi ini saya mengawali hari dengan selembar kabar menggelikan dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang diungkap Kompas dalam kolom regional, sebuah semburan air muncul dan langsung dianggap air bermukjizat oleh warga sekitar. Warga berbondong – bondong datang mengambil air itu, bahkan mandi di sana tanpa mengecek asal muasal air itu. Bahkan muncul selentingan yang menyatakan air itu akan membuat kita gampang jodoh. Ironisnya, pejabat setempat, seperti pegawai keluarahan dan kecamatan, awalnya percaya saja dengan air mukjizat itu. Di akhir kisah menggelikan ini terkuak sebuah kebenaran, air mukjizat itu adalah bocoran pipa PDAM, benar – benar sebuah akhirnya yang cukup membuat muka memerah.
Fenomena sejenis ini sudah menjadi hal yang tidak asing di masyarakat kita, sudah terjadi berkali – kali di banyak tempat di Indonesia (tentunya masih ingat kisah Ponari di tahun 2009), mulai dari yang terpencil sampai yang di pusat pemerintahan. Jika hal kepercayaan sejenis ini muncul di antara orang – orang yang masih berpikiran dangkal karena kurang pendidikan dan rendahnya tingkat penghasilan, mungkin masih bisa menjadi hal bisa dimaklumi, tetapi apakah tidak ironis jika ada aparat pemerintahan yang ikut – ikutan percaya? Mengapa orang – orang pintar itu tidak berpikiran lebih jernih dan rasional sebelum percaya? Mengapa sebelum dilakukan pengecekan orang – orang sudah langsung percaya ada hal magis dalam sesuatu yang sebenarnya sering muncul?
Ada sesuatu yang memprihatinkan dalam masyarakat Indonesia, itu hal yang saya tangkap dari fenomena ini. Orang menjadi mudah percaya kepada hal – hal yang tidak rasional tanpa mengecek terlebih dulu, ini menunjukkan tidak adanya pikiran yang dalam dan jernih dalam menanggapi sebuah kejadian. Seperti orang yang sedang putus asa sehingga mau melakukan apapun asal permasalahan terselesaikan tanpa berpikir logis.
Jika kita mau menilik lebih dalam, sebagian besar orang yang percaya begitu saja merupakan orang – orang dari golongan marginal dan sub-marginal. Kita tidak bisa menutup mata, himpitan hidup mereka begitu berat dan menekan, mulai dari himpitan ekonomi, pendidikan, sampai dengan status sosial. Dalam kondisi ini pemerintah seharusnya bisa menjadi pamong, bukan malah ikut – ikutan kalap.
Dari sisi ini saya melihat orang Indonesia berada dalam kondisi haus akan jawaban. Begitu berat kehidupan yang diahadapi denga berbagai masalah yang menekan, hal ini mendorong pikiran untuk mencari sebuah jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Terutama dalam kalangan yang kurang mengenyam pendidikan, keputusasaan dan ketidakmampuan berpikir kritis mengarahkan pikiran masyarakat ke sebuah kondisi dimana nilai – nilai rasional menjadi hal yang tidak dipandang.
http://regional.kompas.com/read/2011/05/23/09054240/Warga.Mandi.Semburan.Air.di.Tengah.Mesjid
kasian yah negara ini. tapi itulah uniknya negeri ini, di negara lain g ada ky gitu. Tp yg jelas, pemerintah kita dah bobrok, gak ada sosok pemimpin yg bener di negri ini. Semakin tinggi jabatan, gak bakalan lagi ingat sm warganya yg kesusahan di tanah air sendiri. Miris gan. Makanya, terus berdoa buat Indonesia...
ReplyDelete*iya, tiap pagi aku baca koran selalu diawali dg berita buruk T.T
ReplyDeleterealita memiriskan harus membuat kaum intelektual yang kreatif, minimal lewat tulisan yang sdeperti ini akan merubah pola pikir banyak orang....^_^ ayo prend maju..tingkatkan simpati menjadi partisipasi....^_^ singkirkan kaum pemerintah yang dungu...dan bergerak sebagai oposisi yang kuat seperti bajak laut...............^_^
ReplyDelete