Sebelum Seminar
Catatan: tunggu, ya foto – fotonya belum sempet di upload…hehe
Ya ampun…akhirnya sempet juga ni mulai ngisi blog-ku tercinta yang sudah (sangat) lama terlupakan!
Oke, jadi inti cerita kenapa sampai begitu lama aku nggak sempet mengutak – atik folder unguku ini adalah (jeng..jeng…jeng…terengtengteng….) karena aku ikut FBS _ LTC 5th International Seminar (yang judulnya sudah lupa! Pokonya keren, bahasanya susah. Kamus saja nggak sanggup terjemahin :p ) ditambah lagi setumpuk kertas fotokopian buram berisi tulisan yang menjelaskan step – step cara bikin portfolio,ngadain research, nulis berlembar – lembar essay dengan minimal empat plus satu reflection journal berdasarkan artikel yang nggak terbatas jumlahnya, ditambah lagi setiap mata kuliah itu punya final project. Okay, deh..mereka itu jalan masing – masing, tapi masalahnya batas akhir pengumpulannya bareng! Ironisnya semua itu benar – benar harus dikerjakan. Tunggu dulu..tunggu dulu…nggak juga, sih! Fakultasku cukup demokratis, boleh juga kalau mahasiswanya nggak ngerjain PR…hore! (Pura – pura nggak tahu kalo PR itu mempengaruhi jenis alfabet yang muncul di transkrip nilai besok, ayo kita nari – nari kayak di Hawai saja…hulalalala…hulalalalala).
Hmm..jadi sebenarnya aku mau ngomongin apa? =.=””””
Memang aku ini tipikal mahasiswa jaman sekarang yang kreatif dan inovatif, otaknya penuh macem – macem. Hahahaha…. (Kata halus untuk NGGAK FOKUS!)
Jadi pada intinya aku kepingin sedikit cerita tentang seminar internasional kemarin.
Dari awal semester kemarin aku sudah berencana mau ikut seminar seharga Rp 200.000,00 itu, walaupun hati masih bimbang. Gimana nggak? Itu seminar mahal banget! 200.000 itu cukup buat makan bakso sama es teh sampai muntah – muntah dan aku harus nukerin duit itu sama selembar kertas bukti pendaftaran di administration office fakultas. Ya, memang, sih, di kertas itu masih ada tulisan 200.000 (kalau nggak salah), tapi kertas itu cuma bisa dipakai buat daftar ulang waktu mau masuk balairung utama (BU), yang paling penting NGGAK bisa buat beli bakso dan es teh. Yah, mau gimana lagi aku butuh materi dari seminar itu, walaupun belum tentu juga sampai dalam BU aku bisa paham apa yang diomongin sama expert di atas podium yang kelihatan keren itu. Habis, mereka pakai bahasa dewa sementara aku hanya seorang mahasiswa hina yang terlunta – lunta dan nggak keren sama sekali (alhamdulilah ya, aku sadar :’)…terharu sendiri).
Dengan pura – pura semangat hari itu, yang aku sudah nggak inget tanggal berapa atau hari apa, habis kuliah aku naik lift ke lantai 5 gedung F Universitas Kristen Satya Wacana diiring lagu Perfectly Lonel…loh loh? Sudah nggak perlu dipikir, waktu itu HPku bunyi dan ring tone nya lagu John Mayer yang judulnya Perfectly Lonely. Sampai di lantai lima aku langsung ke pojok deket tangga, ngeluarin dompet dan pesen macaroni scootel di usaha dana yang buka stand. Itu harganya sepuluh ribu, tapi enak, loh! (malah promo =.=””). Terus baru ke administration office (bahasa Indonesianya TU, tahu nggak?) dan bilang sama mbak – mbak manis yang lagi ngetik – ngetik kalau aku mau daftar seminar dan aku dapat gulungan kertas kayak arisan yang tulisannya “Maaf Anda belum beruntung, kursi seminar sudah habis”. Dalam hati aku bersorak gembira, “Hore bisa makan bakso sampe muntah – muntah pakai duit 200.00 ini!” tapi mukaku diseting lesu penuh kekecewaan sambil tanya, kalau yang bayarnya 50.000 masih atau nggak (yang ini duduk di balkon, boleh bawa kursi kalau mau), dan masih ada. Okey, aku daftar yang plenary saja, tapi besok, deh…hehehehehe
Waktu lagi jalan pulang aku lewat ruangan seorang mas – mas yang sebenarnya dosen sekaligus wali studiku dan munculah secercah harapan. Ada selembar kertas bersinar terang di depan ruangan itu, kertas itu ditempel pake lem (aku sudah cek) di kaca, di atas foto – foto abstrak nggak jelas dan disana tertulis, “Cari Jodoh” . Haduh, ngelamar nggak , ya? Bingung juga karena dia bukan tipeku. Hmm…by the way, aku ngomong apa lagi, ya? >.<
Nggak begitu juga, kok! Itu kertas pengumuman lowongan jadi LO (liaison officer) yang membuatku otakku langsung jalan dan berpikir, “Woah, bisa ikut seminar gratis kalau daftar jadi LO. Tugasnya paling enteng!” sombongku makin menjadi. Hahahahaha…
Singkat cerita aku melamar jadi LO akomodasi dan transportasi dengan pertimbangan bisa ikut seminar gratis dan tugas LO aktras itu cuma nganter – jemput segala sesuatu yang perlu diantar – jemput jadi aku bisa ikut seminar plus..plus…dan pada akhirnya aku keterima. Aku gitu, loh! (padahal, sama sekali nggak ngebanggain..ckckckck)
The “D” Day..yeah!!!
Akhirnya sampailah aku pada hari kerja pertamaku. Hore! Girang banget rasanya, hari minggu kerjaanku datang ke hotel berbintang (bukan masjid , loh!) menemui seorang pembicara ganteng asal Inggris yang punya nama belakang kayak orang Italia itu…Mario Saraceni.
Eh, mendadak ada SMS dari mas dosen yang jadi bosku di seminar ini yang intinya bilang tugasku datang jam11 diundur jadi jam1 karena pembicara itu telat. Ok, nggak apa – apa. Malah punya waktu buat makan, dandan dulu, ke salon, cream bath, facial, ngerjain PR, ngerjain orang…ya, pokoknya banyak. Jadi dengan penuh semangat karena kelaparan aku nongkrong di Food court Diponegoro, depan gereja Katolik Santa Paulus Miki, Salatiga sama Nona, teman kostku. Makan bakso dan minum es teh pake duit 200.000 itu, tapi tenang saja nggak aku habiskan, kok, jadi nggak ada acara muntah – muntah. Kita berdua duduk hampir dua jam dan saling mengkotbahi satu sama lain, mulai cerita makanan, pertumbuhan anak, dan masalah rumah tangga lainnya. Mendadak ada SMS lagi di HPku, yang intinya (bosen aku sama kata “intinya”) bilang bapak pembicara yang ganteng itu tidak ditemukan di Jogja Airport (sorry, lagi – lagi lupa namanya…hehe :p) dan diperkirakan dia ngeblas sendiri ke Salatiga, jadi aku harus ngecek ke hotel jam11 kalau – kalau dia nongol. Jiah, itu SMS masuk jam 10.45! Oke, oke, dengan kecepatan penuh aku balik ke kost, ga perlu ganti baju, bajunya sudah bagus, terus mbenerin kunciran rambut dan langsung ke Grand Wahid Hotel.
Sampai hotel aku duduk di kursi yang ada di lobi, menikmati pemandangan resepsi kawinan orang di ballroom sebelah, minimal bisa liat kedua mempelai masuk lewat depan resepsionis. Melihat mempelai wanita yang cantik aku langsung kebayang, seandainya ada bunga di meja depan sofa yang aku duduki pasti aku langsung timpuk mempelai wanita itu pakai bunga. Kata orang kalau kita melempari mempelai wanita pakai bunga kita bisa cepet kawin, loh? Loh?!?!?!?
Setelah dua jam menunggu dan setengah buku yang aku bawa terbaca, HPku yang sudah low battery bunyi. Eh, ada SMS masuk,
“Dhenok, keberadaan Mario tidak terlacak. Kamu pulang sj.
So sorry, kamu jadi terombang – ambing.”
Woah, aku langsung berasa naik kapal pesiar yang nabrak es. #terombang-ambing.
Lalu pulang sebelum kapal pesiar yang aku tumpangi tenggelam, lalu menjalani hidup sebagaimana mahasiswa normal yang punya waktu guling – gulingan di kamar sambil mesen makan siang via delivery service warung makan Bu Endang. Menunya paket ayam gepuk. Enak banget, loh! Sembari SMS sana – sini cari tahu keberadaan pembicara tercinta sebagai bentuk menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab, hehe.
Hebatnya, temanku, namanya Benny, ngasih kabar yang menyebutkan bahwa Mario Saraceni telah berada di Surabaya. Nah loh? Padahal kan pesawatnya mendarat di Jogja. Kacau semua! Yang penting aku sudah menikmati makan siangku yang enak. Hahahaha
Hari seminar pun tiba, jatuh dari langit menimpa BU kampusku. Semua berjalan sesuai rencana, kok! Tinggal ikut jadwal saja, sementara aku pura – pura sibuk jalan kesana – kemari di sela – sela kesibukan yang sebenarnya; nganter – jemput pembicara. Terus mandi dan ganti baju (dandan juga) dalam waktu empat puluh menit, setelah itu balik lagi ke BU dengan pembicara yang sudah dijemput sama dosenku, yah, tinggal ngurusin angkot untuk nganter balik peserta seminar (yang mau nebeng) ke hotel. Haduh, bagian ini ga keren sama sekali.
Malam itu acaranya Cultural Night, hmm..ini enak banget! Tinggal dateng, duduk, numpang makan malam gratis dengan menu yang enak – enak sambil nonton pertunjukan. Syukur banget aku jadi LO, jadi nggak pakai bayar. Hahahahaha…puas banget…
Me vs Sopir Angkot (nggak keren blas!!!!)
Di tengah – tengah acara aku sama Gloria (teman LO yang lain lagi) sedang asyik nari Sajojo dengn penuh antusias sampai kayak orang autis, Wimbo (nah ini bos LO alias coordinator kita, satu level di bawah Bapak Buah, Pak dosen tertjinta) minta aku dan Gloria megang kertas masing – masing dua lembar, yang aku pegang bertuliskan “Hotel Le Beringin”dan “Guest House”. Ya, sudah tinggal aku pegang di depan dengan dua tangan! Berasa kayak cewek – cewek yang nawarin vila tangah malam di pegunungan (-_-!).
Iseng – iseng aku tawarin ibu purek IV (kalau nggak salah) yang juga dosenku.
“Ayo, ibu, mau ke sini apa ke sini?” sambil nujukin kertas itu satu – satu.
Dan si Ibu menjawab, “Yang di tengah boleh?” sambil ketawa – ketawa.
“Ooh…maaf ini inventaris pribadi, Bu!”
Busyet, dah ni ibu – ibu bercandaannya bikin syok. Ternyata kalau malam dan nggak lagi ngajar kelakuannya kayak begitu. Hiiiihhhhh…ambil kelasnya, ah! Hahaha.
Aku sama Gloria sedang menghayati tugas hina itu, dan sopir – sopir angkot itu sudah nggak sabar nunggu, main gas saja mereka. Ngeselin! Padahal kan kita sudah bayar dengan harga yang ditawar habis sampai 20.000 per angkot, kurang apa coba? Huh, tadi aku denger juga kalau Wimbo habis mereka keroyokin gara – gara ada satu sopir profokator yang bilang dia dibayar 25.000 (bohong banget! Mana mau kita naikin bayaran walau cuma 5.000!) tiga sopir angkot yang lain jadi liar. Menggeliat, mencak – mencak, demo pakai kertas – kertas bertuliskan “WE WANT 5.000 MORE!”. Bener – bener nggak dewasa. Solusi tepatnya aku pura – pura nggak dengar dan membiarkan Wimbo menenangkan sopir – sopir itu. Aku kan cewek….hahaha (gender bias neh!).
Namun, sepertinya Tuhan nggak rela kalau cuma Wimbo yang kena amuk masa. Jadi waktu itu sopir angkot yang sudah nggak sabar langsung bentak – bentak aku, suruh cepet. Katanya sudah malam, keburu mau mangkal di perempatan, mau dandan dulu, make up itu nggak gampang! Mereka bentak – bentak liar tak terkendali. Wah, sebenarnya aku sudah emosi buta, pangen marah – marah! Heh, aku lebih galak, tahu Pak! Tapi demi harga diri aku bilang baik – baik suruh mereka tunggu sebentar.
Gloria pun mengeluarkan inisiatif cerdasnya! Berdiri pegang kertas yang ada tulisannya nama hotel itu di depan angkot. Kalau kayak begitu sopir angkot yang mulai menggila dan angkot yang memanas kan nggak bisa jalan, memang cerdas Gloria. Kecuali waktu aku denger sopir angkot itu mencet klakson keras – keras, pandanganku tentang betapa cerdasnya solusi berdiri di depan angkot langsung beruban. Hahaha…sakit nggak, tuh, kupingnya?!?!
Cara cerdas yang kedua adalah langsung mendekati segerombolan penari Kalimantan dan acting sok kenal sok dekat, senyum manis, milih yang cakep dan berkata dengan lembut, tapi memikat,
“Kak, boleh minta tolong nggak? Teman – teman Kalimantan tolong masuk angkot itu dulu, sambil nunggu yang lain jalan. Sopirnya sudah minta kita cepet!” (wink…wink…)
Cerdas kan? Jelas saja penari – penari itu sebagian besar langsung masuk angkot, dan pastinya mereka nggak bakal rela kalau ada temannya yang ketinggalan angkot. Jadi mereka pasti nyuruh sopir angkotnya menunggu teman – temannya yang lain. Kalau sopir itu ngamuk – ngamuk, anak – anak Kalimantan yang cowok sudah pasti bisa marah – marah balik. Aku tinggal lepas tangan, masa bodoh juga kalau mereka tawuran! Hehe :p cerdas!!!
Tahu – tahu ada ibu – ibu agak gendut keluar dan bilang dia mau numpang angkot pulang ke Grand Wahid Hotel. Hore! Dapat satu mangsa, langsung saja aku persilahkan ibu itu duduk di depan, tempat kehormatan di sebelah sopir. Kupikir dia itu tipikal ibu – ibu baik hati yang kayak di sinetron, ternyata dia itu lebih galak dari sopir angkot terus neriakina aku,
“Mbak, peserta lain yang masih di dalam kalau mau numpang angkot suruh cepetan! Mau nonton bola, nih!
“Maaf, Ibu tunggu sebentar sedang diumumkan,” aku senyum ramah ala mbak – mbak customer service bank.
“Kalau manggil orang itu dipanggil namanya satu – satu biar cepet! Gimana, sih?!?”
“Maaf, Ibu, saya belum kenalan dengan masing – masing peserta seminar yang nginep di Grand Wahid. Ibu mau tunggu saya kenalan dulu? Atau tunggu teman saya member pengumuman untuk memanggil mereka?” haduh, aku enek!
Ditambah sopir angkot itu jadi tambah terprofokasi dan menginjak pedal gas nya kuat – kuat. Untung angkotnya nggak lompat terus nyangkut di pohon cemara.
“Cepet, Mbak! Wis wengi ki!” dia teriak – teriak pakai bahasa Jawa dan aku pura – pura nggak ngerti jadi orang Jawa biar aman.
Habis itu dia bentak – bentak aku pakai bahasa Indonesia! Wah, kesel banget! Darimana dia belajar bahasa Indonesia? Kalau aku pura – pura jadi bule terus ngomong pakai bahasa Inggris dia percaya aku bule nggak ya? Putus asa deh, skakmat! Aku liat jam, dan terhenyak kaget, marah tapi miris. Mereka kan baru disuruh tunggu lima menit dari waktu perjanjian. Bener – bener, deh!
“Pak, kan baru jam08.05! Baru tunggu lima menit dari waktu perjanjian, tolong sabar!”
Dan aku tambah dibentak – bentak! Nggak rela rasanya mbayar orang macam gini.
“Okey, Pak, ditunggu lima menit lagi. Kalau nggak ada yang numpang, Bapak boleh langsung pergi, tapi sekarang diam dulu. Kalau bapak nggak sabar, nanti bayarannya turun!”
Aduh, aku ngerasa bodoh banget ngomong gitu, dia jadi makin ngamuk – ngamuk. Aku kabur saja ke BU, manggil peserta yang mau numpang. Oke, tiga orang saja yang numpang. Rasanya sopir angkot itu pengen aku bayar pakai duit receh – receh yang aku sebar di lantai dan ngetawain dia dengan ekspresi jahat mungutin duit yang bertebaran,hahaha. Sayangnya nggak mungkin! Huah, dendam deh!
Tapi yang penting tugas malam itu selesai, yang paling penting aku nggak ingat muka sopir angkot itu, jadi nggak bakal ada kejadian aku balas dendam. Menjelma jadi siluman ular yang numpang angkot terus nyulik dia beserta angkotnya ke dimensi lain, terbang lewat awan – awan dan nabrakin dia ke elang yang lagi cari penumpang di langit sana. Lumayan juga bisa dapet duit, kan cerita ini bakal tayang di Indos*** (sensor, takurt dipenjara). Hahaha….
To be continued!!!!
No comments:
Post a Comment